Mari kita coba susuri apa rahasia dibalik semua pertanyaan di atas. Untuk mengetahui duduk masalah dan latar belakangnya sehingga kita menemukan beberapa indikator yang mengarah kepada kesimpulan bahwa mencapai kursi PSSI-1 memang menggiurkan.
Menggiurkan karena untuk menguasai Indonesia dan untuk menguasai PSSI dapat memberikan segala-galanya. Bahkan jika boleh membuat perumpamaan personifikasi, daya pikat dan daya tarik kursi PSSI-1 seakan lebih indah dan menarik daripada kursi RI-1 yang sarat dengan persoalan pelik kenegaraan, politk dan sebagaiknya.
Kilas Balik : Bursa calon ketua umum PSSI 2011- 2015.
Secara defakto PSSI telah ada sejak 19 April 1930. Meskipun berdirinya lebih bermuatan politis namun kiprah dan terobosan Soeratin Soesrosoegondo saat itu sangat menarik perhatian pemuda-pemuda pribumi saat itu. Hal ini memang sebuah terobosan karena sebelum tahun 1930 misalnya, telah ada organisasi sepakbola mengatasnamakan Indonesia dengan sebutan NIVB (1927). Pada saat itu, pesepakbola dalam NIVB pada umumnya pemuda-pemuda Belanda, turunan Eropa dan beberapa diantaranya warga Cina.
Sejarah terus berjalan. Keberhasilan dan kegagalan meraih prestasi datang silih berganti. Tak terasa sudah banyak pengurus teras PSSI mencoba mendirikan organisasi yang tak ubahnya mengurus negara saja. Beberapa pucuk pimpinan PSSI-1 sejak tahun 1930 -2011 adalah sebagai berikut :
- Soeratin Sosrosoegondo (1930-1940).
- Artono Martosoewignyo (1941-1949.
- Maladi (1950-1959).
- Abdul Wahab Djojohadikoesoemo (1960-1964).
- Maulwi Saelan (1964-1967).
- Kosasih Poerwanegara (1967-1974).
- Bardosono (1975-1977).
- Moehono (1977).
- Ali Sadikin (1977-1981).
- Sjarnoebi Said (1982-1983).
- Kardono (1983-1991).
- Azwar Anas (1991-1999).
- Agum Gumelar (1999-2003).
- Nurdin Halid (2003-2011)
Lihatlah, dalam kurun 71 tahun, telah 14 orang menjadi ketua umum PSSI. Jika dirata-ratakan masing orang memimoin selama 5 tahun. Tapi pada era siapakah PSSI paling mengalami masa keemasan dan prestasi yang agak lumayan? Jawabnnya, sebetulnya semua memiliki masa kejyaan dan prestasi masing-masing walau ada yang seadanya. Akan tetapi yang paling berkesan dan menonjol prestasinya adalah pada masa kepemimpinan Ali Sadikin dan Syarnoebi Said, yaitu periode 1977 - 1983.
Pada masa itu, PSSI sangat disegani di Asia apalagi Asia Tenggara. Pada masa itu Malaysia, Singapore, Thailand dan Filipina boleh disebut “berguru” ke Indonesia meskipun pada saat itu Malaysia juga hampir secemerlang PSSI dengan bintang legendarisnya seperti Soh Cin Aun, Santoh Sing, james Wong dan sebagainya.
Beberapa pemain Indonesia legendaris pada periode 1977 - 1983 (Periode Ali Sadikin dan Syarnoebi Said) yang berhasil penulis ingat dan catat, antara lain adalah :
- Ronny Pattinasarany Libero 1970 – 1982.
- KurusIswadi Idris Gelandang 1968 – 1980.
- Junaedi Abdillah Gelandang 1968 – 1983.
- Rully Rudolf Nerre Gelandang 1977 – 1989.
- Nobon Kayamudin Gelandang 1971 – 1979.
- Risdianto Penyerang 1971 – 1981 Gayeng.
- Masih ada yang lainnya seperti Anjas Asmara, Oyong Liza, syueb Rizal, Andi Lala dan Ronny Pasla dan sebagainya.
Anti Klimaks PSSI.
Kapankah periode PSSI yang paling suram? Mungkin ada yang sepakat dan juga ada yang tidak sepakat menyebutkan masa yang paling suram adalah pada era Om Nurdin Halid. Apa kriteria dan standard menyebutkan masa ini paling suram? Mudah saja.
Lihatlah logo PSSI, pandanglah beberapa simbol yang ada dalam logo berwarna biru dan kuning serta biru itu. Di sana ada simbol Akar Hijau. Maknanya : PSSI yang berakar pada teratai berarti dasar PSSI adalah kesucian dalam olahraga. Akar berwarna hijau artinya tetap muda penuh harapan dan cita-cita.
Kesucian apa yang ada dalam PSSI selama pengurus Nurdin Halid? Tidak terhitung lagi sumpah serapah, cacian, hinaan dan perlawanan emosional yang mendiskreditkan harkat dan martabad PSSI dan pengurusnya.
Dalam hal prestasi? Jangan tanya, hampir tidak ada kisah yang membanggakan selaian Tim Nasional masuk Final pada AFF 2010 di Malaysia. Inilah yang dimaksud dengan masa anti klimaks .
Manufer Rombongan Reformis PSSI
Beberapa manufer yang telah dilakukan untuk membentuk tercapainya kongres PSSI 2011 dapat dilihat sebagai berikut :
Jakarta, 19/2/2011. Keputusan Ketua Komite Pemilihan , Syarif Bastaman, di kantor PSSI di kompleks Stadion Gelora Bung Karno. disebutkan, calon ketua umum dan wakilnya adalah ; Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie.
Pekanbaru tanggal 26/3/ 2011. Pembentukan Komite Pemilihan dan Komite Banding yang digelar oleh 78 pemilik suara PSSI di Pekanbaru, Riau. jika kemudian kongres di Riau tidak diakui FIFA maka kemudian harus dipastikan siapa yang berwenang menggelar kongres. Komite Pemilihan mengumumkan pendaftaran bakal calon ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2011-2015 secara resmi, DIBUKA..!
Zurich, 6 Mei 2011. FIFA melayangkan surat kepada Komite Komite Pemilihan bahw Komite Banding Pemilihan tidak boleh memproses banding empat calon ketua umum PSSI yang telah dinyatakan tidak sah oleh Komite Darurat. Mereka adalah George Toisutta, Arifin Panigoro, Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie.
Jakarta 12/5/2011. Ketua Komite Banding M. Riyadh menyatakan George Toisutta lolos sebagai calon ketua umum. Komite Banding juga meloloskan 7 calon lainnya yang dianulir oleh Komite Normalisasi, termasuk Arifin Ponigoro di dalamnya. Pengumuman dan surat keputusan dibacakan di kantor PSSI, Senayan.
Jakarta 13/5/2011. Ketua Komite Normalisasi, Agum Gumelar mengumumkan bahwa nama Goerge Toisuta dan Arifin Panigoro (serta 6 kandidat lainnya) tampaknya tidak masuk nominasi. Padahal sehari sebelumnya (Kamis, 12/5/2011) kedua nama itu dan enam pasangan lainnya dinyatakan lolos banding oleh Komite Banding.
Bola Salju antara Dua Jendral
Pertentangan pendapat antara Dua Jendral pun menghangat seperti bola salju. Persoalan yang tadinya hampir rampung malah sedikit demi sedikit membesar. Apa yang membuat Jendral Goerge Toisuta ngotot ingin tampil menjadi Ketua Umum dan apa yang membuat Jendral (Purn) Agum Gumelar menahan laju Goerge.
Agum menyadari bahwa Goege mendapat lampu kuning dari pangab untuk melakukan perubahan sepakbola di tanah air dengan menngkatkan kualitas dan disiplin di segala bidang. Akan tetapi ngototnya Agum Gumelar sehingga terkesan seperti mempersulit langkah Goerge juga perlu diketahui bahwa Agum memiliki hubungan sangat akrab dengan Abu Rizal Bakrie karena sering berurusan bidang pemerintahan dalam kabinet SBY.
Sebagaimana diketahui Abu Rizal menyatakan sikap tegasnya bahwa Nurdin TIDAK perlu turun dari jabatannya karena alasan masa jabatan akan segera berakhir. (www.metronews.com, 1/4/2011).
Kelihatannya, bola salju ini akan menjadi besar dan berbahaya jika tidak tercapai kesepakatan dan saling memahami tujuan dan falsafah yang terkadung dalam logo dan simbol PSSI.
Mengapa posisi PSSI-1 Menggiurkan?
Dari sisi prestise ketua PSSI tak kalah membanggakan dari jabatan politik lainnya. Dari sisi pemasukan pun sebetulnya PSSI tidak kalah hebat dari kementrian lainnya di tanah air. Lihat saja berikut ini beberapa sumber pemasukan PSSI setiap tahunnya.
- PSSI memperoleh suntikan dana dari pemetintah pusat (APBN). Setiap tahunnya memperoleh Rp.20 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
- PSSI mendapat pemasukan dari Perusahaan Djarum sebagai sponsor Liga Super Indonesia. tahun 2010 sponsor tersebut mengucurkan Rp 37,5 miliar (tahun 2010 Rp.35 miliar).
- PSSI juga memperoleh bantuan dana dari FIFA sebesar IDR.2,3 miliar untuk dana bantuan pembinaan sepakbola di Indonesia.
- Deputi Sekretaris Jenderal PSSI Bidang Keuangan dan Akuntansi PSSI Achsanul Qosasih, menyatakan bahwa setiap tahunnya PSSI menuai laba antara Rp 7-10 miliar dari bagi hasil tiket pertandingan dan transfer pemain.
- Setiap tahun, PSSI juga mendapat dana segar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebesar Rp 20 miliar setiap tahun. PSSI juga meraup pendapatan dari klub karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan para pemain di Liga Super Indonesia.
- Mantan Ketua Bidang Organisasi PSSI Tondo Widodo pun punya komentar. “Ketua Umum PSSI itu jabatan gengsi,” ujar Tondo.Selain itu, lanjut Tondo, PSSI sebenarnya menjanjikan keuntungan ekonomi. “Karena sponsornya begitu besar,” ujar Tondo.
- Belum termasuk pemasukan dari iklan dan sewa Stadion GBK dan sebagainya.
Apakah kisruh possi PSSI-1 ada kaitannya dengan ke 7 poin di atas? Tapi menurut hasil tanya jawab dalam orasi-orasi peserta calon ketua umum PSSI tak ada satupun yang memikirkan hal tersebut di atas. Semuanya sepakat menyampaikan reputasi dan kesiapan mereka untuk memajukan segala lini dalam sepakbola Nasional.
Selamat berkongres, semoga tidak ada dead lock, tak ada pemogokan dan keksiruhan. Jika Anda-anda semua meyakini dan semua beralasan demi bangsa dan tanah air, perlihatkan keikhlasan dan ketulusan itu hanya dengan memberi kesempatan kepada calon yang mumpuni dan memang layak. Tak perlu kecewa jika gagal karena telah sama-sama berkompetisi mencari dan menemukan yang terbaik untuk bangsa dan negara.
Bagi yang terpilih tolong diingat : ” Jangan seperti kacang lupa dengan kulitnya, nanti.” he..he..he..