Life is not complex. We are complex. Life is simple, and the simple thing is the right thing.

Life is not complex. We are complex. Life is simple, and the simple thing is the right thing.
WELCOME TO MY BLOG

Sabtu, 04 Februari 2012

Inilah Rukun Islam Versi NII

Negara Islam Indonesia (NII) ternyata memiliki enam rukun Islam NII yang sedikit berbeda dengan lima rukun Islam.



Selain itu, NII juga memiliki 10 rukun ahlak anggota NII dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah Rukun Islam dan Rukun Ahlak versi NII yang dilansir NII Crisis Centre.

Rukun Islam NII:
1. Mengucap Syahadat
2. Menunaikan Salat
3. Menjalankan Puasa
4. Membayar Zakat
5. Pergi Haji
6. Jilbab (Menutup aurat dalam artian menjaga rahasia)

Rukun Ahlak NII:
1. Selalu mementingkan NII di atas kepentingan priibadi
2. Mengucapkan salam bila masuk rumah atau kantor dan bersalaman
3. Bagi umat rizal (Pria) cukup bersalaman kepada sesama umat rizal
4. Antara umat rizal dan nisa (Wanita) tidak boleh bersalaman kecuali apa yang diajarkan Rasul.
5. Bila tahu ada pimpinan yang datang sambutlah dan berilah salam
6. Rapikanlah selalu bila melihat tempat berantakan, acak-acakan, tidak rapi kotor
7. Jangan biasakan berbicara terlalu keras
8. Isilah waktu dengan kegatan positif
9. Bila sedang ada acara di dalam, harus ada garda di depan, selalu dikontrol bila ada yang mencurigakan laporkan pada pimpinan.
10. Setiap warga NII wajib menjaga keamanan diri dan negara dengan komunikasi setiap hari.

Sumber

Sang Pejuang yang Disingkirkan Negara

Hatinya terlalu teguh untuk berkompromi. Maka ia diburu polisi rahasia Belanda, Inggris, Amerika, dan Jepang di 11 negara demi cita-cita utama: kemerdekaan Indonesia. Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya ”Bapak Republik Indonesia”. Soekarno menyebutnya ”seorang yang mahir dalam revolusi”. Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.



Sosok Tan Yang Mahir Dalam Revolusi

Ia seorang yang telah melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Namanya Tan Malaka, atau Ibrahim Datuk Tan Malaka, dan kini mungkin dua-tiga generasi melupakan sosoknya yang lengkap ini: kaya gagasan filosofis, tapi juga lincah berorganisasi.

ORDE Baru telah melabur hitam peran sejarahnya. Tapi, harus diakui, di mata sebagian anak muda, Tan mempunyai daya tarik yang tak tertahankan. Sewaktu Soeharto berkuasa, menggali pemikiran serta langkah-langkah politik Tan sama seperti membaca novel-novel Pramoedya Ananta Toer. Buku-bukunya disebarluaskan lewat jaringan klandestin. Diskusi yang membahas alam pikirannya dilangsungkan secara berbisik. Meski dalam perjalanan hidupnya Tan akhirnya berseberangan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), sosoknya sering kali dihubungkan dengan PKI: musuh abadi Orde Baru.

Perlakuan serupa menimpa Tan di masa Soekarno berkuasa. Soekarno, melalui kabinet Sjahrir, memenjarakan Tan selama dua setengah tahun, tanpa pengadilan. Perseteruannya dengan para pemimpin pucuk PKI membuat ia terlempar dari lingkaran kekuasaan. Ketika PKI akrab dengan kekuasaan, Bung Karno memilih Musso—orang yang telah bersumpah menggantung Tan karena pertikaian internal partai—ketimbang Tan. Sedangkan D.N. Aidit memburu testamen politik Soekarno kepada Tan. Surat wasiat itu berisi penyerahan kekuasaan kepemimpinan kepada empat nama—salah satunya Tan—apabila Soekarno dan Hatta mati atau ditangkap. Akhirnya Soekarno sendiri membakar testamen tersebut. Testamen itu berbunyi: ”...jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka.”

Politik memang kemudian menenggelamkannya. Di Bukittinggi, di kampung halamannya, nama Tan cuma didengar sayup-sayup. Ketika Harry Albert Poeze, sejarawan Belanda yang meneliti Tan sejak 36 tahun lalu, mendatangi Sekolah Menengah Atas 2 Bukittinggi, Februari lalu, guru-guru sekolah itu terkejut. Sebagian guru tak tahu Tan pernah mengenyam pendidikan di sekolah yang dulu bernama Kweekschool (sekolah guru) itu pada 1907-1913. Sebagian lain justru tahu dari murid yang rajin berselancar di Internet. Mereka masih tak yakin, sampai kemudian Poeze datang. Poeze pun menemukan prasasti Engku Nawawi Sutan Makmur, guru Tan, tersembunyi di balik lemari sekolah.

Di sepanjang hidupnya, Tan telah menempuh pelbagai royan: dari masa akhir Perang Dunia I, revolusi Bolsyewik, hingga Perang Dunia II. Di kancah perjuangan kemerdekaan Indonesia, lelaki kelahiran Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 ini merupakan tokoh pertama yang menggagas secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada 1925, jauh lebih dulu dibanding Mohammad Hatta, yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) sebagai pleidoi di depan pengadilan Belanda di Den Haag (1928), dan Bung Karno, yang menulis Menuju Indonesia Merdeka (1933).

Buku Naar de Republiek dan Massa Actie (1926) yang ditulis dari tanah pelarian itu telah menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia. Tokoh pemuda radikal Sayuti Melik, misalnya, mengenang bagaimana Bung Karno dan Ir Anwari membawa dan mencoret-coret hal penting dari Massa Actie. Waktu itu Bung Karno memimpin Klub Debat Bandung. Salah satu tuduhan yang memberatkan Soekarno ketika diadili di Landrat Bandung pada 1931 juga lantaran menyimpan buku terlarang ini. Tak aneh jika isi buku itu menjadi ilham dan dikutip Bung Karno dalam pleidoinya, Indonesia Menggugat.

W.R. Supratman pun telah membaca habis Massa Actie. Ia memasukkan kalimat ”Indonesia tanah tumpah darahku” ke dalam lagu Indonesia Raya setelah diilhami bagian akhir dari Massa Actie, pada bab bertajuk ”Khayal Seorang Revolusioner”. Di situ Tan antara lain menulis, ”Di muka barisan laskar, itulah tempatmu berdiri.... Kewajiban seorang yang tahu kewajiban putra tumpah darahnya.”

Di seputar Proklamasi, Tan menorehkan perannya yang penting. Ia menggerakkan para pemuda ke rapat raksasa di Lapangan Ikada (kini kawasan Monas), 19 September 1945. Inilah rapat yang menunjukkan dukungan massa pertama terhadap proklamasi kemerdekaan yang waktu itu belum bergema keras dan ”masih sebatas catatan di atas kertas”. Tan menulis aksi itu ”uji kekuatan untuk memisahkan kawan dan lawan”. Setelah rapat ini, perlawanan terhadap Jepang kian berani dan gencar.

Kehadiran Tan di Lapangan Ikada menjadi cerita menarik tersendiri. Poeze bertahun-tahun mencari bukti kehadiran Tan itu. Sahabat-sahabat Tan, seperti Sayuti Melik, bekas Menteri Luar Negeri Ahmad Soebardjo, dan mantan Wakil Presiden Adam Malik, telah memberikan kesaksian. Tapi kesaksian itu harus didukung bukti visual. Dokumen foto peristiwa itu tak banyak. Memang ada rekaman film dari Berita Film Indonesia. Namun mencari seorang Tan di tengah kerumunan sekitar 200 ribu orang dari pelbagai daerah bukan perkara mudah.

Poeze mengambil jalan berputar. Ia menghimpun semua ciri khas Tan dengan mencari dokumen di delapan dari 11 negara yang pernah didatangi Tan. Tan, misalnya, selalu memakai topi perkebunan sejak melarikan diri di Filipina (1925-1927). Ia cuma membawa paling banyak dua setel pakaian. Dan sejak keterlibatannya dalam gerakan buruh di Bayah, Banten, pada 1940-an, ia selalu memakai celana selutut. Ia juga selalu duduk menghadap jendela setiap kali berkunjung ke sebuah rumah. Ini untuk mengantisipasi jika polisi rahasia Belanda, Jepang, Inggris, atau Amerika tiba-tiba datang menggerebek. Ia memiliki 23 nama palsu dan telah menjelajahi dua benua dengan total perjalanan sepanjang 89 ribu kilometer, dua kali jarak yang ditempuh Che Guevara di Amerika Latin.

Satu lagi bukti yang mesti dicari: berapa tinggi Tan sebenarnya? Di buku Dari Penjara ke Penjara II, Tan bercerita ia dipotret setelah cukur rambut dalam tahanan di Hong Kong. ”Sekonyong-konyong tiga orang memegang kuat tangan saya dan memegang jempol saya buat diambil capnya. Semua dilakukan serobotan,” ucap Tan. Dari buku ini Poeze pun mencari dokumen tinggi Tan dari arsip polisi Inggris yang menahan Tan di Hong Kong. Eureka! Tinggi Tan ternyata 165 sentimeter, lebih pendek daripada Soekarno (172 sentimeter). Dari ciri-ciri itu, Poeze menemukan foto Tan yang berjalan berdampingan dengan Soekarno. Tan terbukti berada di lapangan itu dan menggerakkan pemuda.

Tan tak pernah menyerah. Mungkin itulah yang membuatnya sangat kecewa dengan Soekarno-Hatta yang memilih berunding dan kemudian ditangkap Belanda. Menurut Poeze, Tan berkukuh, sebagai pemimpin revolusi Soekarno semestinya mengedepankan perlawanan gerilya ketimbang menyerah. Baginya, perundingan hanya bisa dilakukan setelah ada pengakuan kemerdekaan Indonesia 100 persen dari Belanda dan Sekutu. Tanpa itu, nonsens.

Sebelum melawan Soekarno, Tan pernah melawan arus dalam kongres Komunisme Internasional di Moskow pada 1922. Ia mengungkapkan gerakan komunis di Indonesia tak akan berhasil mengusir kolonialisme jika tak bekerja sama dengan Pan-Islamisme. Ia juga menolak rencana kelompok Prambanan menggelar pemberontakan PKI 1926/1927. Revolusi, kata Tan, tak dirancang berdasarkan logistik belaka, apalagi dengan bantuan dari luar seperti Rusia, tapi pada kekuatan massa. Saat itu otot revolusi belum terbangun baik. Postur kekuatan komunis masih ringkih. ”Revolusi bukanlah sesuatu yang dikarang dalam otak,” tulis Tan. Singkat kata, rencana pemberontakan itu tak matang.

Penolakan ini tak urung membuat Tan disingkirkan para pemimpin partai. Tapi, bagi Tan, partai bukanlah segala-galanya. Jauh lebih penting dari itu: kemerdekaan nasional Indonesia. Dari sini kita bisa membaca watak dan orientasi penulis Madilog ini. Ia seorang Marxis, tapi sekaligus nasionalis. Ia seorang komunis, tapi kata Tan, ”Di depan Tuhan saya seorang muslim” (siapa sangka ia hafal Al-Quran sewaktu muda). Perhatian utamanya adalah menutup buku kolonialisme selama-lamanya dari bumi Indonesia.

Berpuluh tahun namanya absen dari buku-buku sejarah; dua-tiga generasi di antara kita mungkin hanya mengenal samar-samar tokoh ini. Dan kini, ketika negeri ini genap 63 tahun, artikel ini mencoba melawan lupa yang lahir dari aneka keputusan politik itu, dan mencoba mengungkai kembali riwayat kemahiran orang revolusioner ini. Sebagaimana kita mengingat bapak-bapak bangsa yang lain: Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir, Mohammad Natsir, dan lainnya.

Sumber

5 Alasan Kenapa Selingkuh Itu Enak




Ada alasan-alasan tertentu, mengapa laki-laki atau perempuan melakukan selingkuh. Alasannya memang macam-macam dan bisa dicari-cari, tapi w cuma tau 5 doang….kaya gini nih….::

1. Untuk Lak-laki, selingkuh itu identik dengan eksistensi diri yang berani menerima tantangan, senang berpetualang dan merasakan sensasi deg-degan yang menegangkan. Makin ‘terancam’ selingkuh itu – konon – makin menyenangkan….hahahaha

Untuk perempuan, selingkuh itu sebagai ajang pembalasan atas kelakuan laki-laki. Sebagian besar perempuan yang selingkuh, merasa apa yang dilakukannya wajar-wajar saja karena toh laki-laki juga melakukannya. Ya, sama-samalah istilahnya…tp siaLan Juga kL cw yang seLingkuh!!!!

2. Selingkuh bisa mendapatkan apa yang tidak didapat dari pasangannya. Bermacam-macam pengalaman yang didapat. Bisa soal seks, soal kasih sayang, soal kelembutan, soal perhatian, soal kebinalan, soal tantangan dan soal-soal yang kadang-kadang tidak penting.

3. Selingkuh enak karena laki-laki atau perempuan bisa merasakan ‘high-pressure’ yang buat mereka justru adalah sensasi yang menyenangkan dan luar biasa. Padahal resikonya adalah ‘berantakan’ dengan pasangan masing-masing….

4. Pasangan yang selingkuh pada dasarnya adalah ‘sakit jiwa’ saja. Dengan alasan tidak mau hidup dan hubungan yang monoton dan biasa-biasa saja, mereka memilih selingkuh untuk membuat hidup, yang katanya ‘lebih hidup’.

5. Selingkuh sesungguhnya adalah kebodohan. Bodoh kenapa menikah dengan si A, bodoh kenapa pacaran dengan si C, dan bodoh kenapa memilih selingkuh dan tidak menjadi sosok yang setia saja….

nah yang punya pengaLaman seLIngkuh, tambahin dong...

Sumber

Makin Tinggi Karir, Perempuan Makin Sering Merokok

Dulu rokok identik dengan kaum laki-laki, tapi sekarang banyak perempuan yang juga merokok. Diketahui semakin tinggi karir yang dimiliki oleh seorang perempuan, maka jumlah rokok yang dihisap akan semakin banyak.



Para peneliti mengungkapkan jutaan perempuan di negara berkembang berisiko sakit dan kematian dini dalam beberapa dekade mendatang karena meningkatnya status ekonomi dan politik yang mendorongnya merokok lebih banyak.

Sebuah analisa yang dilakukan di 74 negara menemukan laki-laki 5 kali lebih mungkin untuk merokok dibanding perempuan yang berada di negara-negara dengan tingkat pemberdayan perempuan rendah seperti China, Indonesia, Pakistan, Arab Saudi dan Uganda.




Namun di negara-negara dengan pemberdayaan perempuan yang relatif tinggi seperti Australia, Kanada, Norwegia, Swedia dan Amerika Serikat, kesenjangan ini jadi kecil dan perempuan merokok hampir sama seperti laki-laki.

"Di banyak negara epidemi tembakau masih dalam tahap awal, tapi diperkirakan akan memburuk. Dibutuhkan otoritas yang bertindak cepat mengekang peningkatan rokok di kalangan perempuan, khususnya di negara-negara miskin," ujar Douglas Bettcher, direktur World Health Organization (WHO) tobacco free initiative, seperti dikutip dari Reuters,Jumat (27/1/2012).



Bettcher menuturkan langkah-langkah pengendalian tembakau yang kuat seperti larangan terhadap iklan rokok. Hal ini diperlukan karena tembakau membunuh hingga setengah penggunanya yang menjadi salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia.

Para ahli mengungkapkan korban meninggal per tahun terkait dengan tembakau lebih dari 5 juta orang, tapi bisa meningkat hingga 8 juta pada tahun 2030 jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengendalikan rokok.


Studi ini memperkirakan pria merokok 5 kali lebih banyak dibanding perempuan di seluruh dunia, tapi rasio perempuan dan laki-laki yang merokok secara drastis bervariasi.

"Pemerintah harus melihat lebih dekat cara-cara industri tembakau memanfaatkan perubahan sosial untuk menargetkan perempuan, seperti pemasaran rokok dengan perempuan sebagai simbol emansipasi," ujar Sara Hitchman, rekan penulis.


Peningkatan jumlah perokok perempuan ini karena beberapa diantaranya menganggap rokok bisa menjaga tubuhnya tetap langsing sehingga lebih menarik karena jadi tidak doyan makan. Padahal itu pemikiran yang salah, karena rokok membuat kulit kering, kusam, mempercepat timbulnya keriput yang membuat penampilannya tidak menarik.

Selain itu rokok juga bisa mempengaruhi kesehatan reproduksi dan kesuburannya yang membuat ia jadi sulit hamil. Jika kebiasaan ini terbawa hingga ia hamil, maka bisa membahayakan kesehatan janin yang dikandungnya.



Sumber

Inilah Foto dan Kisah Perjalan Soimah Menjadi Artis

Nama Asliku Soimah Pancawati, Aku Dari Desa

Semua dimulai saat aku lahir pada tanggal 29 September 1980. Aku anak perempuan desa yang lahir di kampung nelayan daerah pesisir pantai utara pulau Jawa. Nama desaku Banyutowo, sebuah desa yang tenang dekat tempat pelelangan ikan, dan rumahku hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai. Banyutowo berjarak 45 Km dari pusat kota Kabupaten Pati Jawa Tengah.


Namaku Soimah Pancawati, panggil saja aku Imah. Nama itu pemberian Mbah Modin, orang yang dituakan di desaku. Keempat kakakku juga diberi nama oleh mbah Modin, dan semua berawalan So, kakak sulungku bernama Solihati, kakak kedua Solihin, ketiga Sofiah lalu Sofiatun, dan aku Soimah. Sejak Mbah Modin meninggal, keluargaku kehilangan “So”, jadilah adikku bernama Nur Laila dan Sinta Fitriani. Aku anak ke lima dari tujuh bersaudara, bapakku Hadi Narko seorang pemain ketoprak tobong yang kemudian mengabdi menjadi carik desa di Banyutowo. Ibuku Kasmiyati, perempuan tangguh yang sehari-hari berdagang ikan laut.


Sebagai carik desa, ayahku adalah orang terpandang. Desaku adalah kampung nelayan yang sederhana, dan aku hidup di lingkungan yang jauh dari kemewahan. Tapi keluargaku tidak hidup dalam kekurangan, di rumahku ada tivi, dan itu menjadi barang “mewah” di desaku. Setiap hari banyak orang di desaku yang numpang nonton tivi di rumah.


Ibuku sangat galak, meskipun keluargaku tergolong hidup kecukupan untuk ukuran desaku, tapi Ibu mengajarkan aku dan semua saudaraku tentang perjuangan hidup dan mengisinya dengan kerja keras. Sekolah nomer dua, nomer satu adalah membantu orang tua, begitu cara ibu mendidik aku. Dirumah sudah ada pembagian tugas, mulai dari kerjaan dapur, nyapu, ngepel, dan cuci piring. Aku sudah terbiasa,  dan itu kita lakukan secara bergiliran.


Sejak SD aku terbiasa tidak menerima uang jajan, jarak dari sekolah ke rumah cukup dekat, jadi kalau haus atau lapar tinggal pulang ke rumah. Tugas menggarami ikan, membolak-balik ikan yang sedang diasapi adalah bagianku, bahkan tanganku sampai merah karena sering terkena asap panas, badankupun setiap hari bau ikan. Aku juga menyiapkan potongan blarak (daun kelapa kering) untuk membungkus ikan pindang. Setiap hari aku bangun jam 3 pagi menyiapkan ikan untuk dijual ke pasar, dan paginya aku pergi ke sekolah, setelah pulang sekolah aku istirahat sebentar dan makan siang, kemudian kembali melakukan tugas rutinku bergelut dengan ikan dan asap sampai jam 11 malam.


Aku tidak punya waktu bermain seperti teman-teman sebayaku, waktuku lebih banyak untuk bekerja membantu ibu mengolah ikan. Libur sekolah bukanlah hari istimewa buat aku dan saudaraku, tapi justru saat cuaca kurang baik dan nelayan tidak ada yang melaut, saatnya musim laut sepi, begitulah aku menyebutnya. Baru lah aku terbebas dari pekerjaan mengolah ikan, dan libur yang sebenarnya telah datang, aku bisa bermain sepuasku.


Di musim laut sepi inilah ibuku berjualan nasi, dan biasanya di lapangan dekat rumahku kedatangan rombongan ketoprak tobong yang selalu berpindah tempat seperti pasar malam. Dan biasanya waktu itu bersamaan dengan upacara adat sedekah laut yang berlangsung setiap tahun. Ibuku menyediakan nasi dan lauk pauk untuk rombongan ketoprak tobong yang tinggal cukup lama di lapangan desaku. Setiap berangkat  sekolah, aku melewati area tobong di sela-sela kursi penonton. Aku sering menemukan uang recehan yang jatuh dari saku penonton di pertunjukan malam sebelumnya, dan itu membuat aku ketagihan untuk berburu uang receh di sela-sela kursi penonton setiap pagi saat aku berangkat ke sekolah.


Ketoprak tobong menjadi pengisi waktu bermainku di saat kecil, aku biasa nonton pertunjukan dari bawah panggung, dan tidak perlu bayar tiket. Hubungan keluargaku sudah sangat dekat dengan rombongan pemain ketoprak tobong. Dan aku mengenal pelawak Marwoto dan Mbok Beruk juga di lapangan dekat rumahku, saat mereka ikut rombongan ketoprak tobong dari Jogja.


Di kampungku para nelayan biasa menyalakan radio dengan suara yang cukup kencang, dan musik yang disukai adalah musik gambus, orang-orang biasa menyebutnya musik dangdut atau musik melayu. Dan aku sampai hafal banyak lagu dangdut karena sering mendengarkan secara tidak sengaja, aku sering ikut menyanyi ngikutin suara lagu dari radio itu. Kesukaanku iseng nyanyi, rupanya malah didukung sama ibu.


Waktu itu aku masih SD, setiap ibu nonton tivi bareng aku, ibu selalu bilang “Mbok kowe ki mlebu tivi kuwi, dadi aku iso ndelok kowe” (Coba kamu itu masuk tivi seperti itu, jadi aku bisa lihat kamu). Aku selalu merasa ibuku jahat saat aku kecil, ibuku galak, aku harus bekerja keras disaat teman seusiaku asyik bermain. Tapi sebenarnya ada doa yang kuat, yang aku sadari justru setelah beliau sudah tidak ada...................


Sumber

[H0T]Keberanian Anggota DPR (Bapak Permadi) Bongkar Kebusukan DPR di TV ONE



Sebelum'a ane mau ngacungin 10 jempol sbg penghargaan kepada Bapak permadi mantan anggota dewan yang sekarang menjadi penasehat partai gerindra (kalo salah mohon dibenarkan), karena keberanian'a berbicara di depan televisi, tentang kebusukan DPR. Tadi mlm jam 9-10 an(lupa lagi, klo salah jam'a mohon di perbaiki) ane nonton acara Loyers Club di TV one ane tertarik dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Bapak Permadi ,sayang'a beliau hanya sebentar berbicara... sebener'a tv one gak nayangin tentang busuk'a dpr sih bro/sist tapi ngebahas masalah yg lg hot sekarang.. masalah anggota demokrat yg diduga terlibat korupsi..nah pak permadi pas d suruh bicara langsung ngejeplak kayak trit saya gan kurang lebih'a

Berikut kutipan kata2 beliau kurang lebih seperti ini [mohon dikoreksi kalo ada yg salah]:
Saya sudah muak dengan DPR ! makanya saya keluar dari Dewan Kehormatan DPR dari fraksi PDI-P. Saya di tawari menjadi anggota DPR "......" (bagian apa gt, lupa lg) sebanyak 3 kali, saya tegas menolak karena saya gak mau menerima amplop dr bupati, kepala bagian, atau dari siapa pun untuk disetorkan ke partai..Kalo ada pemekaran daerah semua'a itu semua cuman maenan dr calon bupati dan anggota dewan disini pasti ada MAKELAR KASUS SEMUANYA , ada persen-persenan'a buat itu. Saya di hakimi oleh anak2 saya, mereka malu saya menjadi anggota DPR karena selalu dicela oleh teman2'a,,

Ungkapan yang mencengangkan:
1. Masalah Agung laksono yang mestinya menerima hukuman dari anggota,tetapi tidak mendapatkan hukuman.. lalu saya protes, apa yang di lakukan agung laksono?
dia menelpon semua anggota untuk tidak menghukum beliau, termasuk saya
juga di telpon ! alhasil agung tidak di HUKUM , hanya saya dan 1 orang anggota lain yang menolak. Anggota takut menghukum sesama anggota lain'a (takut di hukum lagi)

2. Ketika ada anggota DPR dari fraksi PDI yang naik meja (pas rusuh2'a DPR) saya bilang ke ketua untuk menghukum semua anggota yang naik meja, jangan kayak "ONANI" (serius gan ane juga ngakak denger doi ngomong gitu ) ditarik turun gak tegas ! lalu, angelina sondakh melaporkan ke dewan kehormatan atas omongan saya tentang "ONANI" dia menganggap pornografi. Dewan menolak, tapi saya dengan tegas hukum saja saya ! saya akan mengumpulkan bukti kalau "ONANI" itu tidak pornografi, tetapi kata ILMIAH dan terbukti saya benar.

3. Ketika DPR melakukan studi banding ke rusia untuk riset Militer , ada 1 0rang anggota dewan yang mengajak 1 orang pengusaha untuk melakukan kunjungan ke rusia bersama dengan anggota2 lain. untung ada yang menelpon saya menanyakan pengusaha itu betul ada di list yang ikut berangkat atau tidak,,, saya jawab tidak ada, larang beliau untuk pergi !
Pengusaha itu mengaku sebagai staf ahli presiden, dan akhir'a saya banyak mendapatkan cercaan dari anggota lain'a.

4. 1 Kali pembuatan pasal yang bisa menguntungkan pihak2 tertentu, anggota DPR dibayar mahal.

5. Di DPR marak calo UU..seinget ane,1 RUU katanya harganya 300 juta utk bagian pansus yg menangani,sedangkan pemerintah dapat 5 milyar..nah katanya,itu RUU sengaja di molorkan hingga lama selesainya,dengan begitu duit anggaran buat RUU jadinya jalan terus ga selesai2.

Doi duduk bersama 5 anggota DPR lain'a, apa coba reaksi mereka ? pada diem gan,, Bahkan ruhut sitompul aja ampe diem, doi cuman senyum2 doang seakan2 membenarkan omomgan'a pak permadi. Satu lagi gan, si Ruhut pas mlm kayak lagi maen sinetron gan ane ngeliat doi ..
kalo dari hasil pengamatan ane pas nonton sih gan kayak'a nih orang jujur deh, ya tapi alahualam y gan..ya tapi itu tanggapan masing2 y gan,, menurut agan gmn?

Kenapa doi sampe berani blak-blakan ?

mungkin ini jawaban'a :
1. Kita cooling down dulu ke history'a beliau, sejak masa soeharto beliau jadi penasehat spritual dan kepake sampe jaman'a megawati. Jadi bisa dibayangin deh sam agan2, gima tuh sakti'a pak permadi

2.Beliau sudah muak dan bosan dengan pemerintahan sekarang, di usia'a yg relatif muda doi pengen ada'a perubahan yang nyata.

3.Beliau orang pintar gan, gak mungkin doi berani ngomong kalo gak punya kekuatan / kekuasaan. Bisa dibuktiin pas smlm, semua anggota dpr gak ada yg berani melawan beliau atau cuman mengkritik ungkapan beliau.

4.Tuntutan dari anak doi

5.Ini pilihan terhir yang menurut ane cuman kemungkinan kecil doang..mungkin bisa jadi juga si doi nyari sensasi, atas tututan partai.. hanya Allah dan org2 tertentu aja yg tau

Pelajaran apa yang bisa kita ambil?

Mungin ini jawaban'a:
1.Demokrasi sudah dibajak oleh oknum2 legislatif dan eksekutif.
2.Indonesia belum siap menjadi negara berbasis demokrat
3.BUBARKAN ITU YANG NAMA'A MPR DAN DPR UNTUK SEMENTARA WAKTU, SAMPAI KEADAAN KONDUSIF

Sumber

Indonesia Bangun Stadion Bola Termegah 495 miliar





Semua kursi di Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage Bandung, yang diperkirakan sebanyak 138.000, akan didesain seperti kursi di Stadion Old Trafford, Inggris.

“Kota Bandung ingin punya stadion standar internasional. Tidak seperti kebanyakan stadion di Indonesia, seperti Stadion Gelora Bung Karno lainnya yang menggunakan bangku panjang, kita memakai standar FIFA,” kata anggota tim dari pelaksana kontrak dan teknis pembangunan SUS Gedebage dari PT Adhi Karya, Hanif Setio Nugroho, di Bandung.

Ia mengatakan, 138.000 kursi yang akan menjadi tempat duduk penonton SUS Gedebage tersebut akan didatangkan langsung dari Inggris melalui pabriknya di Malaysia.

“Tentang kursi yang dipesan khusus ini memiliki kelebihan bisa melipat sendiri dan kekuatan menahan berat atau beban hingga 2.000 newton atau 200 kilogram,” ujar Hanif.

Menurutnya, anggaran yang dipersiapkan untuk pemenuhan kursi spesial tersebut sebesar Rp 15 miliar.

Dikatakannya, saat ini sudah terkirim 130.800 dari 138.000 kursi di lokasi pembangunan yang telah dipesan, sisanya masih berada di Pelabuhan Tanjung Priok, menunggu pembangunan SUS Gedebage selesai.